Friday, 15 February 2013

Gigitan yang Menyembuhkan


Para ilmuwan tengah menggali potensi medis bisa.

OLEH JENNIFER S. HOLLAND
FOTO OLEH MATTIAS KLUM
Michael sedang berlibur ber­sama keluarganya di Guerrero, Meksiko, dan panasnya luar biasa. Dia meraih celana renang­nya yang sedang dijemur di kursi, me­ngenakannya, lalu terjun ke dalam kolam. Alih-alih merasa dingin nan menyegarkan, rasa sakit menjalar di bagian belakang pahanya.


Sambil merobek celana renangnya, dia me­lompat keluar telanjang dari kolam renang, kaki­nya terasa panas terbakar. Di belakangnya, seekor hewan kecil ber­warna kuning terapung-apung di air. Dia me­masukkan hewan itu ke sebuah wadah plastik.



Di klinik Palang Merah setempat, dokter se­gera mengenali sang penyerang: kalajengking pepagan, Centruroides sculpturatus, salah satu spesies paling berbisa di Amerika Utara.



Nyeri akibat sengatannya biasanya diikuti kejang-kejang seperti disetrum. Kadang-kadang korban sampai tewas. Beruntung bagi Michael (yang meminta saya tidak mencantumkan nama lengkapnya), kalajengking pepagan umum di daerah itu, dan antibisanya mudah diperoleh.



Dia disuntik dan boleh pulang dalam beberapa jam. Sekitar 30 jam kemudian, rasa nyeri itu pun hilang. Tetapi, yang terjadi berikutnya sungguh tidak terduga. Sudah delapan tahun Michael mengidap pe­nyakit yang disebut spondilitas ankilosa, pe­­nyakit autoimun kronis yang menyerang tulang, semacam artritis tulang belakang.



Pada kasus terburuk, ruas-ruas tulang belakang dapat menyatu, menyebabkan pasien bungkuk dan selalu kesakitan. “Punggung saya terasa nyeri setiap pagi, bahkan kalau sedang parah saya sampai tidak bisa berjalan,” katanya.



Namun, beberapa hari setelah disengat kala­jengking, rasa nyeri itu mereda, dan sekarang, dua tahun kemudian, rasa nyeri itu tidak kambuh lagi. Sebagai seorang dokter, Michael berhati-hati agar tidak melebih-lebihkan peran bisa kalajengking dalam kesembuhannya. Namun, ujarnya, “jika nyeri itu kambuh, saya rela disengat kalajengking lagi.”



Bisa—cairan yang keluar dari taring dan sengat makhluk yang berkeliaran di alam liar atau bersembunyi di rubanah atau di bawah tum­pukan kayu—merupakan pembunuh paling efisien di alam. Bisa sangat ampuh dalam melumpuhkan sang korban.
http://nationalgeographic.co.id

Peristiwa Langka, Black Hole Menelan Bintang


Momen langka yang terjadi 10.000 tahun sekali ini disaksikan oleh peneliti dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics.

Momen langka terjadi ketika sebuah black hole raksasa di pusat galaksi yang berjarak 2,7 juta tahun cahaya dari Bumi menghancurkan sebuah bintang. Black hole -wilayah besar di ruang angkasa yang menelan segala hal di sekeliling lewat gaya gravitasinya, termasuk cahaya- ini bermassa tiga juta kali lebih besar dari Matahari di tata surya kita.
Bintang yang menjadi korban berwarna kemerahan dan hanya berjarak 150 juta kilometer dari black hole tersebut. Ini kira-kira sama dengan jarak antara Bumi ke Matahari. Momen langka yang terjadi 10.000 tahun sekali ini disaksikan oleh peneliti dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics dan dipaparkan dalam jurnal Nature.
"Black hole seperti hiu, disalahartikan sebagai mesin pembunuh. Padahal, mereka termasuk benda pendiam sepanjang hidupnya," ujar Ryan Chornock sebagai salah satu anggota dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics, Kamis (3/5). "Biasanya ada bintang yang bergerak terlalu dekat dan itulah yang memicu proses memakan-dimakan," tambahnya.
Peristiwa ini disaksikan Chornock dan koleganya ketika mengamati pancaran cahaya pada Mei 2010. Menggunakan teleksop yang berlokasi di Gunung Haleakala di Hawaii, mereka melaporkan cahaya tersebut mencapai puncak pendarannya pada Juli 2010 sebelum akhirnya menghilang.
"Ini adalah pertama kalinya kita bisa mendapat informasi detail sehingga bisa ditentukan apa jenis bintang yang dikoyak sebuah black hole. Dan seberapa besar black holetersebut," ujar peneliti lain, Suvi Gezari, dari John Hopkins University.
Black hole adalah sisa-sisa dari bintang yang meledak, sangat padat, sehingga tak ada satu pun benda langit yang selamat dari gaya tariknya. Jika ada bintang yang terlalu bergerak terlalu dekat, black hole bisa mengoyak dan akhirnya menghisapnya ke dalam gas.
Beruntung bagi warga Bumi, karena menurut Gezari, bintang di tata surya kita sangat jauh dari risiko ditelan black hole. "Kita harus menunggu paling tidak 10.000 tahun lagi sebelum akhirnya bisa melihat sebuah bintang ditelan oleh black hole," kata Gezari lagi.
(Zika Zakiya. Sumber: ABC Australia, National Geographic Magazine). http://nationalgeographic.co.id

Lumut

Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (Sphagnum sp.). Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekatkan dengan perantara Rhizoid (akar semu), oleh karena itu tumbuhan lumut merupakan bantuk peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan berkormus (Kormofita). Lumut dalam bahasa sehari-hari (kolokial) merujuk pada sekelompok kecil yang tumbuh pada tempat atau perairan dan biasanya tumbuh meluas menutupi permukaan. Di perairan lumut dapat menutupi dasar atau dinding sungai atau danau.

Cantigi Gunung

Cantigi (Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq) Tumbuhan dengan nama daerah brenganyi dari suku Ericaceae ini mempunyai perawkan semak sampai pohon, tinggi dapat mencapai 10 m dan batang dapat mencapai panjang 50 m sebelum pada akhirnya bercabang banyak dan membentuk tajuk yang bagus. Kayunya sangat keras. Daunnya agak tebal, bentuk jorong sampai lanset. Daun mudanya berwarna kemerahan, kemudian akan berubah menjadi orange, kekuningan dan akhirnya hijau. Tangkai daun berwarna merah, daun muda berwarna ungu kemerahan, daun tua berwarna hijau perbungaannya di ujung, berbentuk malai. Bunganya kecil, berwarna ungu gelap, berbentuk lonceng dan berbau seperti almond. Buahnya bulat, dapat dimakan (Backer and Bakhuizen, 1965).
Tinggi pohon di lokasi ini rata-rata hanya sekitar 2,5 m, namun ada yang mencapai 5 m. Jenis ini sangat mendominasi kawasan. Jenis ini belum dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Potensinya adalah sebagai tanaman hias.Di kawasan CA/TWA kawah Ijen hanya ditemukan pada ketinggian di atas 2.000 m dpl. Di Gunung Papandayan, Tangkuban Perahu, Gede Pangrango cantigi tumbuh mendominasi, tumbuhan lainnya di sekitar kawah.

Anggrek Hutan

Salah satu kekayaan tumbuhan di Indonesia yang langka adalah Anggrek Hutan. Anggrek hutan yang mempunyai nama latin Eria multiflora dapat dijumpai dikawasan hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TN GGP. Anggrek hutan menjadi makanan kesukaan hewan yang masuk dalam kategori monyet yaitu Surili (Presbytis comate).
Kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia memang tidak main-main. Indonesia memiliki 10% tumbuhan, 12% mamalia, 16% reptilia, 17% burung, 25% ikan, padahal luasnya hanya 1,3% dari luas bumi. Keanekaragaman hayati Indonesia berada di bawah Brazil dan Zaire, hal itu berdasarkan data dari cities.org.

Rasamala

Rasamala (Altingia excelsa Noronha) adalah pohon hutan yang dapat tumbuh sangat tinggi, mencapai 40 hingga 60 meter. Pohon ini bernilai ekonomi karena yang kuat dan menghasilkan damar yang berbau harum dan menjadi bahan campuran pengharum ruangan.
Daun yang masih muda berwarna merah dan dapat di sayur, di lalap, atau menjadi obat batuk. Kayunya kuat dan dipakai sebagai bahan untuk jembatan, bantal rel kereta api, lantai, hingga perahu.

Kantong Semar

Genus Nepenthes (kantong semar, bahasa inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam familia monotipik, terdiri dari 130 spesies dan belum termasuk hibrida alami maupun buatan. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia, Republik Rakyat Cina bagian selatan, Indochina, Malaysia, Filipina, Madagaskar bagian barat, Seychelles, Kaledonia Baru, India, Sri Lanka, dan Australia. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.
Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodofikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misal serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam. Kebanyakan spesies tumbuh di tempat dengan kelembaban tinggi dan cahaya dengan tingkat menengah hingga tinggi.